Berita Terkini

Apa itu Abdi Negara?

Wamena – Dalam dunia pemerintahan kita sering mendengar istilah abdi negara. Biasanya abdi negara itu mempunyai panggilan moral untuk melayani masyarakat. Tidak semua masyarakat memahami apa arti abdi negara dan bagaimana peran nya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengertian Abdi Negara Abdi negara adalah panggilan untuk seseorang yang mengabdikan dirinya untuk melayani masyarakat didalam pemerintahan. Abdi negara terdiri dari Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang telah bekerja di berbagai instansi atau lembaga pemerintahan. Abdi negara bertugas untuk melayani masyarakat dengan tugas-tugas pemerintahan. Tanggung jawab abdi negara sangat besar, untuk itu perlu adanya integritas didalamnya untuk menjalankan segala aspek karena itu merupakan panggilan moral. Fungsi Utama Abdi Negara Abdi negara memiliki beberapa fungsi utama, yaitu: Pelaksana kebijakan publik. Sebagai abdi negara yang baik kiranya dapat mendukung dan menjalankan program pemerintah yang berdampak besar terhadap kehidupan bermasyarakat. Pelayan publik. Sebagai abdi negara yang baik kiranya kita dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat secara tepat, cepat, transparan dan adil tanpa adanya diskriminasi. Perekat dan pemersatu bangsa. Sebagai abdi negara kiranya dapat menjaga keutuhan dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila. Karena abdi negara merupakan penghubung antara pemerintah dengan masyarakat luas. Abdi negara dituntut untuk dapat berperan dengan baik, mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman yang modern ini. Pemerintah akan terus melakukan reformasi birokrasi dan transformasi digital agar semakin efektif dan efesien dalam melayani publik. Harapan nya dengan menegakkan nilai-nilai loyalitas, profesionalisme dan integritas, abdi negara dapat menjadi teladan bagi kehidupan bermasyarakat. (ANY) Baca juga: Konsep Negara Kesatuan Pilar Pemersatu Bangsa Indonesia

Pahami Exit Poll Sebelum Hasil Resmi Pemilu Diumumkan: Antara Gambaran Cepat dan Akurasi Data

Wamena – Istilah exit poll kerap terdengar selama Pemilihan, terutama menjelang hari pemungutan sampai dengan perhitungan suara. Masyarakat menggunakan data exit poll sebagai gambaran hasil penghitungan suara, baik pemilihan presiden maupun pemilihan legislatif, namun demikan exit poll tidak menyajikan hasil suara riil atau bukan merupakan penghitungan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Metode cepat mengetahui prefrensi pemilih Exit poll adalah survey yang dilakukan segera setelah pemilih keluar dari Tempat Pemungutan Suara (TPS). Dimana responden diminta untuk mengungkapkan pilihan mereka dalam pemilihan, dengan tujuan untuk memberikan gambaran awal tentang hasil sementara. Metode ini banyak digunakan oleh Lembaga Survei untuk memperkirakan hasil pemilihan sebelum perhitungan yang resmi dilakukan oleh KPU. Meski bukan hasil resmi, exit poll sering menjadi indikator awal arah kemenangan suatu pasangan calon atau partai politik. Dua Metode Cepat dengan Pendekatan Berbeda Banyak dari Masyarakat sering keliru terkait perbedaan antara Exit Poll dan Quick Count , perbedaannya antara lain: Exit Poll dilakukan dengan menanyakan langsung kepada pemilih setelah mencoblos. Quick Count sebaliknya berdasarkan penghitungan nyata dari Salinan formulir C1 di TPS yang disajikan sampel oleh Lembaga Survei. Dengan demikian, hasil quick count cenderung lebih akurat disbanding exit poll karena bersumber dari data riil perolehan suara bukan dari persepsi responden. Bijak menyikapi hasil quick count Masyarakat agar selalu bijak dalam menyikapi apapun hasil dari exit poll , karena data ini hanyalah indikasi awal bukan akhir. Perbedaan metodologi kemudian jumlah sampel dan waktu pengambilan data dapat mempengaruhi hasil akhir survei.  Karena tetaplah hasil akhir resmi dari KPU tetap menjadi acuan dalam menentukan siap pemenang dalam pemilihan. (REZ) Baca juga: Lagu Glory Glory Man United jadi Sumber Semangat Baru dalam Bekerja: Irama Sepak Bola, Gairah Kerja Demokrasi

Lagu Glory Glory Man United jadi Sumber Semangat Baru dalam Bekerja: Irama Sepak Bola, Gairah Kerja Demokrasi

Wamena – Glory Glory Man United adalah empat kata yang tidak dapat terpisahkan dari sebuah Klub Besar yang mempunyai 20 Gelar Juara Liga Inggris yaitu Manchester United. Kata Glory bersumber dari sebuah lagu yang diciptakan oleh penulis lagu asal Amerika Serikat yang bernama Julia Ward Howe yang ia ciptakan pada tahun 1861 dengan judul lagunya yaitu Battle Hymn Of The Republic. Lagu tersebut kemudian menjadi terkenal di kalangan dunia sepak bola dan Manchester United sendiri terlebih pendukung mereka menggunakan lagu Glory Glory ini pada tahun 1983 saat pertandingan final Piala FA. Sejak saat itu lagu ini juga menjadi anthem untuk lagu sambil bekerja yang menarik untuk diputar karena semangatnya dari lirik lagu tersebut, lagu ini biasanya akan terasa asik diputar di pagi hari sebelum jam kantor dimulai. Lagu ini diputar untuk membangun suasana yang positif dan menimbulkan semangat dalam bekerja. Semangat Olahraga yang menular ke dunia Birokrasi Suasana kerja akan lebih terasa positif dan berbeda, nada riang dan penuh energi yang dituangkan dari lagu “Glory Glory Man United” memberikan semangat baru bagi para pegawai. Dari sekedar hiburan, kini lagu tersebut menjadi pemantik semangat untuk terus bekerja lebih solid, professional dan berintegritas. Makna lagu dalam Konteks semangat bekerja Lagu Glory Glory Man United bukan hanya sekedar lagu suporter tapi menjadi bagian dari simbol ketekunan, tanggung jawab, semangat, dan kebanggan terhadap tim, sehingga nilai – nilai itulah yang menjadi dan dianggap sama dengan semangat Etos Kerja KPU yang berjuang demi kelancaran Pesta Demokrasi Bangsa. KPU dan Musik: sebuah tradisi positif yang perlu dijaga Fenomena penggunaan musik sebagai pemicu motivasi dalam lingkungan kerja bukan hal yang baru, kreativitas dalam memilih lagu menunjukan cara yang unik untuk menjaga mood yang positif dan kebersamaan dalam tim kerja. Dari lagu ini mempunyai Bahasa Universal yaitu semangat, kebersamaan dan kemenangan. (REZ) Baca juga: Lagu Jingle Pemilu 2024: Memilih untuk Indonesia

Tahukah Kamu? Tradisi Hari Minggu yang Berbeda di Papua Pegunungan: Tentang Ibadah, Kedamaian, dan Kebersamaan

Wamena - Di banyak daerah di Indonesia, hari minggu identik dengan waktu beristirahat atau berkumpul bersama keluarga/kerabat dekat. Tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di wilayah Papua Pegunungan, dan hampir berlaku di seluruh Papua. Secara lebih dalam, bagi masyarakat di sini, hari minggu adalah hari penuh nilai spiritual, sosial, dan budaya yang menggambarkan kedamaian khas Tanah Papua. Suasana Tenang dan Penuh Iman di Hari Minggu Sejak pagi di hari minggu, arus lalu lintas dan aktivitas warga di wilayah pegunungan lebih sepi dari biasanya. Tidak banyak aktivitas jual beli, suara kendaraan, atau kegiatan kantor. Seluruh warga berfokus untuk beribadah di gereja, mengenakan pakaian terbaik sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Pencipta. Ibadah dilakukan di gereja-gereja dan menjadi sarana memperkuat iman sekaligus mempererat hubungan antarumat. Hari Minggu adalah wujud penghormatan terhadap Tuhan dan sesama. ASN KPU Nduga dan Refleksi Nilai Pengabdian Bagi para ASN, termasuk jajaran KPU Kabupaten Nduga, tradisi hari minggu ini menjadi pengingat pentingnya pengabdian tulus dan kedisiplinan dalam melayani masyarakat. Hari minggu bukan hanya waktu istirahat, tetapi juga momen refleksi memasuki minggu kerja yang baru dan memperkuat komitmen melayani dengan hati di daerah yang penuh tantangan. Menjaga Nilai-Nilai Kedamaian dan Persaudaraan Tradisi ini menjadi bukti bahwa masyarakat Papua Pegunungan masih menjunjung tinggi spiritualitas, kekeluargaan, dan saling menghargai. Nilai-nilai ini menjadi kekuatan utama dalam menjaga harmoni serta semangat pengabdian ASN dan masyarakat di wilayah pegunungan yang indah ini. Kebersamaan Sebagai Sumber Inspirasi Tradisi hari minggu di Papua Pegunungan bukan hanya mempererat hubungan antarwarga, tetapi juga menginspirasi ASN dan masyarakat luas untuk terus menanamkan nilai kedamaian, persaudaraan, dan kerja ikhlas demi kemajuan bersama. (FPH) Baca juga: Menjalin Harmoni dalam Keberagaman KPU Kabupaten Nduga

Apa itu Nasionalisme?

Wamena – Dasar penting dalam membangun kesatuan bangsa Indonesia adalah poin penting yang harus ada untuk mewujudkan sikap nasionalisme kita. Di tengah zaman yang semakin modern, kita tidak boleh melupakan apa itu arti nasionalisme, makna sikap nasionalisme dan penerapan sikap nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari. Makna Sikap Nasionalisme Makna sikap nasionalisme adalah menumbuhkan semangat persaudaraan, membentuk identitas bangsa berdasarkan nilai-nilai pancasila, mendorong partisipasi dan ajakan dalam setiap kegiatan positif, dll. Makna sikap nasionalisme harus dijunjung tinggi agar bangsa Indonesia sadar akan peran nya dalam membuat bangsa dan negara Indonesia semakin maju. Penerapan Sikap Nasionalisme dalam Kehidupan Sehari-hari Contoh penerapan nilai-nilai nasionalisme dalam berbagai aspek, antara lain: a.  Menghormati setiap perbedaan. Perbedaan bukan suatu hal penghalang untuk menerapkan sikap nasionalisme. Dengan adanya perbedaan, bangsa Indonesia bisa mempunyai sikap nasionalisme untuk menghargai setiap perbedaaan baik ras, agama, suku, budaya dll. b.  Menjaga fasilitas umum dan lingkungan. Hal tersebut merupakan tanggung jawab sebagai warga negara. Dengan menjaga fasilitas umum dan lingkungan akan terciptanya lingkungan yang aman, tertib dan sebagai warga negara juga dapat merasakan rasa bangga ketika menggunakan fasilitas umum yang masih terjaga baik serta dapat digunakan secara maksimal. c.   Menggunakan produk dalam negeri. Mari warga negara mendukung dengan cara memakai dan membeli produk lokal. Hal ini diharapkan dapat mendukung perekonomian nasional, membantu umkm, meminimalisir angka pengangguran, memperkenalkan produk-produk dalam negeri yang tak kalah saing dan berkualitas dengan produk luar negeri. d.  Berprestasi dan berperan aktif. Sebagai warga negara yang baik kiranya dapat berpartisipasi dalam kegiatan positif untuk mengangkat dan mengharumkan nama bangsa Indonesia. e.  Patuh terhadap hukum dan peratura. Sebagai warga negara yang baik harus mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku agar meminimalisir terjadinya tindak kejahatan atau hal-hal buruk lainnya. Tanamkan Nasionalisme Sejak Dini Lembaga dan pemerintah akan terus berusaha untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme  kepada generasi muda dimulai dari hal-hal yang kecil. Misalnya dari aspek pendidikan, kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan-kegiatan positif lainnya. Harapannya dengan menanamkan sikap nasionalisme sejak dini, generasi penerus akan  berperan aktif untuk memajukan bangsa ini. Sikap nasionalisme akan mengalir di diri setiap orang jika bisa memulai nya dari diri sendiri sejak dini. (ANY) Baca juga: Langkah Tegas Menuju Profesionalisme: KPU Nduga Bangun Budaya Disiplin Baru

Jejak Sejarah Sumpah Pemuda yang Masih Bernafas dari Jalan Kramat 106

Wamena - Di tengah riuh kendaraan dan gedung-gedung tinggi Jakarta Pusat, berdiri sebuah bangunan tua di Jalan Kramat Raya No. 106. Dindingnya kokoh, catnya telah beberapa kali berganti, namun aroma sejarah yang tak pernah pudar. Tempat itu bukan sekadar rumah tua. Ia adalah saksi bisu yang bernafas atas lahirnya salah satu tonggak paling penting dalam sejarah bangsa: Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Ruang yang Menyatukan Perbedaan Bangunan di Jalan Kramat 106 awalnya merupakan rumah milik seorang keturunan Tionghoa bernama Sie Kong Liong. Pada masa pergerakan, rumah itu disewa oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPPI) dan diubah menjadi asrama pemuda bernama Indonesische Clubgebouw. Dari rumah sederhana inilah, semangat persatuan bangsa mulai tumbuh. Para pelajar dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, Ambon, Bali, hingga Papua berkumpul, berdiskusi, dan menanamkan gagasan besar tentang satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa — Indonesia. Di sebuah bangunan tua di Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta Pusat, tersimpan kisah yang jarang diungkap. Gedung itu menjadi saksi bisu lahirnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Kini, orang mengenalnya sebagai Museum Sumpah Pemuda. Dindingnya mungkin diam, tetapi setiap bata di sana masih menyimpan gema semangat para pemuda yang menulis sejarah. Dolly Salim, Suara yang Menggetarkan Ruang Kongres Di balik nama-nama besar seperti Soegondo Djojopoespito, Mohammad Yamin, dan Wage Rudolf Supratman, ada sosok yang nyaris terlupakan — Dolly Salim, putri dari Haji Agus Salim. Ia memang bukan peserta kongres, tetapi memiliki peran yang sangat penting. Dolly adalah orang yang menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya di depan peserta kongres, yang diiringi alunan biola Wage Rudolf Supratman, pada saat lagu tersebut belum diizinkan oleh pemerintah kolonial. Tokoh Jembatan Persatuan Antar iman Satu lagi nama yang sering terlewat dari catatan sejarah adalah Amir Sjarifuddin Harahap, pemuda dari Sumatera Timur. Ia menjadi penghubung antar organisasi pemuda Kristen dan Katolik, memastikan semangat persatuan tidak terpecah karena perbedaan keyakinan. Gagasannya sederhana namun berani: Indonesia hanya bisa merdeka jika seluruh pemuda bersatu tanpa melihat latar belakang. Gedung Kramat 106: Tempat Sejarah Ditulis di Tengah Ancaman Gedung Kramat 106 tidak sekadar lokasi kongres. Ia adalah saksi dari keteguhan hati. Saat itu, setiap pertemuan diawasi oleh pemerintah Hindia Belanda. Para pemuda tahu mereka bisa ditangkap kapan saja. Namun mereka tetap melanjutkan sidang, berdiskusi hingga larut malam, menulis sejarah di tengah ancaman. Dari ruang tamu kecil dan meja kayu sederhana, lahirlah tiga kalimat yang mengguncang masa depan bangsa — Tiga Ikrar Sumpah Pemuda.  1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.  2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.  3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Tiga ikrar ini menjadi fondasi lahirnya semangat persatuan nasional, jauh sebelum Indonesia merdeka. Para pahlawan menegaskan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yang mempersatukan seluruh pemuda dari berbagai daerah di Nusantara. Warisan Abadi: Biola, Kursi, dan Semangat Kini, banyak dari saksi sejarah itu telah tiada, yang menjadi sosok pahlawan dalam menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia. Namun benda-benda peninggalan para pahlawan masih tersimpan di museum. Ada kursi kayu tempat Soegondo berpidato, biola Wage Rudolf Supratman, dan foto-foto pemuda yang tersenyum dengan pakaian sederhana. Setiap benda itu bercerita tanpa kata, menjadi saksi bisu dari semangat yang tak padam yaitu semangat untuk menyatukan Indonesia. Pesan dari Masa Lalu untuk Generasi Kini Jalan Kramat 106 bukan hanya alamat di peta Jakarta. Ia adalah simbol tekad sekumpulan anak muda yang berani bermimpi untuk Indonesia. Dari ruang kecil itulah, ide besar tentang persatuan Indonesia dilahirkan—oleh pemuda-pemudi yang tak menyerah pada perbedaan. Bangunan yang masih berdiri, menjadi pengingat abadi bahwa persatuan Indonesia lahir dari keberanian pemuda. Setiap 28 Oktober, bangsa ini memperingati Sumpah Pemuda. Hari Sumpah Pemuda Adalah sebuah panggilan untuk menyalakan kembali semangat dalam “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa: Indonesia”. (STE) Baca juga: Konsep Negara Kesatuan Pilar Pemersatu Bangsa Indonesia