Berita Terkini

Ide Hebat Butuh Waktu: Menyalakan Kembali Semangat Sumpah Pemuda di Tengah Budaya Instan

Wamena - Generasi muda hari ini hidup di zaman di mana semua hal bisa dicapai dengan satu sentuhan layar. Informasi datang tanpa batas, dan keputusan diambil secepat jari menyentuh gadget.​​​ Namun dibalik itu semua, kita mulai kehilangan sesuatu yang pernah menjadi nafas perjuangan generasi muda pada tahun 1928: kemampuan berpikir sabar dan berpegang teguh pada ide-idenya.​​​ Sumpah Pemuda tidak datang dari percakapan singkat di ruang rapat mewah. Ia lahir dari pertemuan lintas suku, dari perbedaan yang dirangkul, dan dari pikiran yang matang, pikiran yang tidak terburu-buru menilai, namun sabar memahami. Mereka tahu bahwa persatuan bukanlah sebuah keputusan yang cepat, melainkan hasil dari proses pemikiran yang panjang dan mendalam. Budaya Instan, Cermin Zaman yang Menantang Hari ini, tantangan kita bukan lagi tentang melawan penjajahan fisik. Musuh kita lebih halus: budaya instan yang mengikis daya pikir. Kita terbiasa ingin hasil tanpa proses, ingin sukses tanpa belajar, ingin perubahan tanpa pengorbanan. Padahal, sejarah membuktikan, setiap ide besar selalu lahir dari proses panjang. Sama seperti api, gagasan harus disulut perlahan, dijaga agar tidak padam, hingga akhirnya menyala terang. Jika para pemuda 1928 terburu-buru dan menyerah pada perbedaan, mungkin kita tak akan mengenal Indonesia seperti hari ini. Dan kini, kita pun punya tanggung jawab yang sama: melawan instan dengan ketekunan, melawan cepat dengan kedalaman. Pemuda: Penjaga Api, Bukan Penonton Zaman Pemuda bukan hanya penonton sejarah, mereka adalah penulisnya. Generasi hari ini tidak kalah hebat, tapi sering kali terjebak dalam kecepatan yang ditipu. Kita sibuk mengikuti tren, tetapi kita lupa menentukan arah.​ Kita ingin cepat dikenal, tetapi kita lupa berpikir mendalam. Sumpah Pemuda memberikan pelajaran sederhana tetapi selamanya: “Persatuan dan kemajuan suatu bangsa tidak akan pernah lahir dari pikiran yang tergesa-gesa.” Jadi, tugas kita sekarang bukan sekadar mengikuti arus, tetapi menyalakan kembali api pemikiran kritis dan mendalam. ​Sekarang bukan hanya sekadar mengikuti arus, tetapi menyalakan kembali api pemikiran kritis dan mendalam.​​​​ Berani bertanya, berani berpikir, dan berani membangun ide meski butuh waktu lama. Dari Ide ke Aksi: Wujudkan Sumpah Pemuda Baru Generasi ini bisa membuat dengan versi mereka sendiri ​"Sumpah Pemuda" versi sendiri. Bukan hanya mengulang sejarah, tapi membawa semangatnya​ kembali ke kehidupan. Sumpah untuk berpikir sebelum berbicara. Sumpah untuk bertindak dengan makna, bukan dengan kecepatan. Sumpah untuk menjaga persatuan di tengah derasnya perbedaan digital. Setiap ide yang kita tanam hari ini adalah benih masa depan Indonesia. Mungkin kecil atau belum terlihat, tetapi setiap benih ide membutuhkan waktu untuk tumbuh menjadi pohon perubahan. Harapan: Api Itu Masih Menyala Sumpah Pemuda bukan sekedar diperingati setiap tahun pada tanggal 28 Oktober. Pikiran manusia adalah senjata paling kuat dalam membangun bangsa. Dan di tengah budaya instan yang melanda dunia, pesan itu semakin relevan: "Ide-ide hebat membutuhkan waktu." Pemikiran mendalam membutuhkan kesabaran. Dan perubahan sejati membutuhkan keberanian untuk berpikir perlahan, tapi pasti. Selama masih ada​ anak muda yang berpikir bertindak, dan selama masih ada generasi yang berani menjalani proses di dunia yang bergerak begitu cepat ini, api Sumpah Pemuda tidak akan pernah padam.​​​​ (HY) Baca Juga: Caption Sumpah Pemuda 2025: Kata-Kata Singkat Tapi Menggetarkan Semangat

Lagu Jingle Pemilu 2024: Memilih untuk Indonesia

Wamena – Band Cokelat adalah salah satu band yang menciptakan lagu jingle pemilu 2024 yang berjudul “Memilih untuk Indonesia”. Namara Surtikanti yang biasa dipanggil Kikan telah menciptakan jingle pemilu 2024 ini dengan penuh semangat. Band cokelat mempunyai kesempatan untuk membawakan jingle pemilu ini pada Pemilu 2024. Lagu jingle pemilu bukan hanya sekedar lagu kampanye, melainkan lagu ini menyampaikan pesan moral betapa berharganya suara kita dalam membangun Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik di masa mendatang. Peluncuran Jingle Pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pemilu 2024 merupakan simbol semangat partisipasi dan persatuan masyarakat dalam proses demokrasi. Jingle pemilu ini diluncurkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tahun 2024. Musik dari jingle pemilu ini penuh semangat dan menarik orang lain untuk mendengarkan jingle pemilu ini. Sumber: Youtube KPU RI. Jingle pemilu serentak tahun 2024. Berjudul “Memilih Untuk Indonesia", ciptaan Kikan Namara dan dibawakan oleh Band Cokelat Makna Lagu Jingle Pemilu “Memilih untuk Indonesia” Lirik lagu Jingle pemilu ini mempunyai makna positif yang dimana lagu jingle pemilu ini cocok untuk semua kalangan yang menyukai musik. Berikut penggalan lirik lagu jingle pemilu, memilih untuk Indonesia: Salurkan aspirasi bersama demi bangsa Teguh percaya suara kita sangat berharga Menentukan arah masa depan Indonesia Penggalan lirik lagu diatas menyampaikan pesan bahwa kita harus menggunakan hak pilih dengan baik. Lewat lagu jingle pemilu ini mengajak masyarakat Indonesia untuk mencintai bangsa dan negara Indonesia dengan tidak golongan putih (golput). Momen kebersamaan pada saat pemilu merupakan arah untuk menentukan masa depan bangsa dan negara Indonesia kedepannya. Memilih untuk Indonesia adalah judul yang menggambarkan tentang semangat nasionalisme rakyat Indonesia terhadap makna suara memilih. Lewat lagu jingle pemilu ini Rakyat Indonesia bisa lebih dekat, bersatu dan demokratis. (ANY) Baca juga: Jingle Pilkada Papua Pegunungan 2024 Meriahkan Sosialisasi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Yopi Jago: Maskot Pilkada Pertama Papua Pegunungan

Wamena - Dalam meramaikan penyelenggaraan pesta demokrasi, kehadiran maskot menjadi salah satu yang paling penting dan ditunggu. Maskot menjadi penting untuk menyampaikan pesan demokrasi dalam bentuk visual yang disajikan ringan, lekat dengan masyarakat, dan merupakan cerminan dari identitas kedaerahan. Didesain melalui karakter yang mudah diingat dan membawa nilai-nilai lokal, maskot mampu membangkitkan semangat masyarakat untuk aktif berpartisipasi dalam setiap tahapan pemilihan.  Tahun 2024 menjadi babak baru untuk Papua Pegunungan dalam mengadakan pilkada dan merilis maskot pilkada dengan nama “Yopi Jago”. Karakter maskot hadir sebagai representasi dari kearifan lokal masyarakat Papua Pegunungan dalam mewarnai pesta demokrasi. Maskot ini dirilis bersama dengan agenda peluncuran tahapan Pilkada Tahun 2024 yang diselenggarakan di Gedung Aithosa GKI Betlehem Wamena pada 18 Mei 2024. Makna di Balik Nama dan Bentuk Yopi Jago Nama "Yopi Jago" merupakan kepanjangan dari “Ayo Pilih, Jangan Golput!” dengan tagline, Pilkada Damai Papua Pegunungan Bangkit. Desain Yopi Jago digambarkan dengan replika honai, memakai baju dengan tambahan noken berlogo KPU, serta memegang paku pencoblosan.   Gambar honai merupakan wujud rumah tradisional masyarakat Papua Pegunungan dan sebagai simbol musyawarah atau permufakatan. Sedangkan, noken yang dipakai merupakan tas anyaman tradisional Papua yang dibuat dari serat kayu atau daun. Noken merupakan representatif kedaerahan lokal yang merupakan ciri khas yang berguna di pelbagai keseharian seperti membawa hasil kebun, kayu bakar hingga bayi. Detail Yopi Jago yang memegang paku pencoblosan melambangkan proses pemungutan suara.  Disimpulkan bahwa Yopi Jago menekankan gambaran/karakter kedaerahan Papua Pegunungan  yang mengajak masyarakat untuk dapat terlibat dalam pembangunan daerah melalui suara mereka. Dampak Maskot Yopi Jago pada Kampanye Pilkada Sejak diperkenalkan, filosofi Yopi Jago telah mempengaruhi kampanye pilkada di Papua Pegunungan. Maskot ini digunakan dalam materi edukasi, seperti poster, video animasi, dan konten yang dihadirkan di media sosial dengan tujuan untuk mempengaruhi masyarakat agar turut terlibat dalam menyuarakan suara mereka dalam pesta demokrasi. (FPH)  Baca juga: Jingle Pilkada Papua Pegunungan 2024 Meriahkan Sosialisasi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Adden Siagian: Dari Satpam Hingga Kepala Bagian di KPU Provinsi Papua Pegunungan

Wamena – Memaknai perjalanan karier Adden Siagian menjadi bukti bahwa kerja keras dan ketulusan dalam mengabdi akan membawa hasil. Pria kelahiran Janji Maria, Sumatera Utara, yang menjabat sebagai Kepala Bagian Keuangan, Umum, dan Logistik Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Papua Pegunungan. Karier yang diperolehnya melalui perjalanan penuh atas dedikasi menghadapi tantangan di berbagai daerah Papua. Dari Janji Maria Menuju Papua Adden Siagian ketika memulai karier sebagai satpam Adden memutuskan untuk merantau ke Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat pada April 2007. Tidak lama berselang, ia pindah ke Kota Jayapura, Provinsi Papua. Pengalaman pertama kali bekerja sebagai honorer di Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah V Jayapura. Ia memulai bekerja sebagai Satpam pada bulan Mei 2007. Tugas sebagai satpam mengarahkannya ke tugas tambahan lainnya seperti; driver kantor dan membantu pekerjaan administrasi kantor. Hasil pekerjaannya membentuk karakter pekerja keras dan disiplin. “Saya merantau ke Papua, untuk membangun Papua, saya akan mengabdikan diri saya sepanjang hidup hingga Papua dikenal dunia,” Adden Siagian.  Awal Mula Karier KPU Pada tahun, 2009, Adden mengikuti tes CPNS KPU Provinsi Papua dan dinyatakan lulus pada Desember 2010. Dari Aula Provinsi Papua di Dok 2, Namanya diumumkan sebagai salah satu pegawai CPNS yang ditugaskan ke Kabupaten Nduga. Ia kemudian dinyatakan dan ditempatkan sebagai CPNS KPU Kabupaten Nduga. Adden memiliki tugas dan tanggung jawab dalam masa tugas sebagai CPNS KPU Kabupaten Nduga. Beberapa hal yang dihadapinya antara lain; melakukan verifikasi partai politik, menghadapi gugatan Perselisihan tentang Hasil Pemilu (PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK), menghadapi gugatan dualisme partai politik pasangan calon, hingga proses terpilihnya Bupati pertama Kabupaten Nduga. Selang dua tahun kemudian, pada 2012 tahapan pemanggilan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) di Kabupaten Jayawijaya. Ia berkisah tentang bagaimana perjuangan selama mengikuti DIklat terutama mengeluarkan materi dan fisik. “Kami diharuskan mandi jam 4 pagi, itu dingin sekali suhu sampai 100C,” tambahnya. Pengalaman tak terlupakan ketika dibina langsung dari Pembina Polisi Resor (Polres) Jayawijaya. Baca juga: Belajar dari Rudy Waisimon: Menggapai Asa Gelar Doktor dan Pengabdian di KPU Kabupaten Nduga Kilas Balik Nduga Adden tidak akan melupakan perjalanan yang dilaluinya menuju Keneyam, Kabupaten Nduga. Ia harus menggunakan pesawat dengan kondisi cuaca tidak bersahabat. Ia sempat merasakan seakan-akan sayap pesawat patah diterpa angin. “Saya hanya bisa berdoa tiba dengan selamat,” kenangnya. Segala doa dan harapannya terjawab, akhirnya ia tiba dengan selamat di Kabupaten Nduga. Masa pengabdian selama di Nduga, ia lalui dengan semangat dan penuh harapan. Banyak hal dilaluinya seperti listrik yang belum memadai, dan komunikasi hanya bisa menggunakan telepon satelit dengan biaya yang tinggi sekitar Rp 100.000 sekali panggilan. Tidak hanya itu saja, sumber air sangat terbatas sehingga ia bersama rekan CPNS menampung air hujan sebagai persediaan air. Ia mengenang ketika dirinya mandi di kali kopi, satu-satunya aliran sungai yang ada airnya berwarna kecoklatan seperti kopi. Segala keterbatasan dihadapinya dengan dedikasi dan optimisme melalui hal tersebut dengan baik.  “Saya bersyukur bisa mengabdi di Nduga. Ini pengalaman yang membentuk saya,” ujarnya. Baca juga: Mengenal Nduga: Potensi dan Harapan Baru Papua Pegunungan Beasiswa Magister KPU RI Selain aktif bekerja, Adden juga meningkatkan kapasitas diri dalam mengikuti seleksi beasiswa KPU RI. Program beasiswa KPU RI yang bekerjasama dengan sepuluh universitas di Indonesia. Ia merupakan Angkatan pertama yang menerima beasiswa magister Penata Kelola Pemilihan Umum dari KPU RI. “Saya mengikuti serangkaian proses seleksi dan dinyatakan lulus. Saya mendapatkan banyak ilmu mengenai penyelenggaraan Pemilu,” kenangnya. Perkembangan Karier KPU Adden mengalami perkembangan karier selama mengabdi di KPU. Setelah sembilan tahun memberikan sumbangsih di Nduga, ia dipindahkan ke KPU Kabupaten Jayawijaya sebagai Kepala Subbagian Perencanaan, Data, dan Informasi. Pada 2023, ia kembali mendapatkan kepercayaan menjabat Kepala Subbagian Hukum dan Sumber Daya Manusia KPU Kabupaten Sarmi. Setahun kemudian, tepatnya 2024, Adden mendapatkan promosi jabatan menjadi Kepala Bagian Keuangan, Umum, dan Logistik KPU Provinsi Papua Pegunungan. Adden Siagian sebagai Kepala Bagian Keuangan, Umum, dan Logistik KPU Provinsi Papua Pegunungan Teladan Berawal dari Dedikasi Adden Siagian menjadi contoh nyata bagi pegawai yang memulai karier dari bawah hingga mampu mencapai posisi strategis. Pengalaman panjangnya membentuk karakter kerja yang kuat, tangguh, dan berintegritas. Kisah Adden menjadi inspirasi pegawai KPU se-Provinsi Papua Pegunungan bahwa dedikasi merupakan kunci jalan menuju keberhasilan. (STE)

Good Governance: Kunci untuk Menerapkan Pemerintahan yang Bersih, Transparan dan Akuntabel

Wamena – Era yang maju saat ini dan serba terbuka, Good Governance atau biasa disebut dengan Tata Kelola Pemerintahan yang baik merupakan hal penting untuk bisa mewujudkan sebuah negara yang demokratis, transparan serta keberpihakan kepada Masyarakat. Sebuah negara yang baik tidak hanya mempersoalkan tentang kekuasaan saja, tetapi ini terkait tentang bagaimana kekuasaan pemerintahan itu berjalan dengan baik dan dijalankan untuk kepentingan Masyarakat yang harus diterapkan secara jujur, efisien dan menerapkan prinsip berkeadilan. Good Governance hadir untuk memberikan jawaban atas segala hal yang terjadi dan memberikan jawaban atas berbagai tantangan birokrasi dan korupsi serta lemahnya pelayanan publik yang selalu disorot oleh Masyarakat. Pemerintahan yang baik untuk menciptakan kemajuan Good Governance merupakan sebuah pelaksanaan manajemen perubahan dan pembangunan yang solid serta bertanggung jawab untuk segala proses dengan prinsip demokrasi yang efisien. Good Governance merupakan tata kelola yang baik untuk suatu usaha yang dilandasi dengan etika profesional dalam berusaha untuk berkarya. Good Governance biasanya sering disebut dengan atau diartikan sebagai sebuah Pemerintahan yang baik. Prinsip – prinsip Good Governance Untuk menerapkan sebuah Tata Kelola pemerintahan yang baik, sejumlah prinsip harus dilaksanakan dengan konsisten serta menyeluruh. Dengan ini berikut beberapa prinsip utama dalam Good Governance: 1.    Transparansi 2.    Akuntabilitas 3.    Partisipasi 4.    Efisiensi 5.    Keadilan 6.    Supremasi Hukum Good Governance dalam penerapannya di Indonesia Pemerintah Indonesia telah menerapkan pelaksanaannya melalui berbagai macam kebijakan reformasi birokrasi diantara lain: ·   Pelaksanaan dalam sistem e – good government untuk mempercepat pelayanan publik dan mengurangi praktik korupsi. ·         Pelaksanaan dalam penguatan lembaga pengawasan seperti KPK, Ombudsman dan BPK. ·       Peningkatan untuk mewujudkan SDM yang berkualitas untuk aparatur negara untuk bekerja lebih professional dan berintegritas. ·    Mengimplementasikan transparansi anggaran melalui keterbukaan kepada Publik dan aplikasi keuangan berbasis digital Menciptakan Pemerintahan yang melayani Good Governance merupakan bukan hanya sekedar konsep adminisrasi, tapi berkaitan dengan budaya yang wajib ditanamkan di seluruh elemen di Pemerintahan. Pemerintahan yang baik bukanlah yang paling kuat, melainkan yang paling jujur dan melayani. (REZ) Baca juga: Trias Politica: Pondasi Demokrasi Modern yang Menentukan Arah Kekuasaan Negara!

Golongan Putih dalam Pemilu di Indonesia

Wamena - Golput atau Golongan Putih kerap muncul menjelang pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Golput (Golongan Putih) istilah yang sering digunakan untuk sekelompok warga negara yang memilih tidak menggunakan hak pilihnya untuk digunakan saat pesta Demokrasi dalam pemungutan suara. Istilah Golput pertama kali populer pada era Pemilu 1971 sebagai bentuk protes terhadap kondisi politik pada masa itu. Makna dan Arti Golput Secara sederhana, Golput berarti tidak ikut memilih dalam pemilu. Namun, maknanya bisa lebih dalam, yaitu bentuk ekspresi politik warga negara yang merasa tidak puas terhadap pilihan yang tersedia atau terhadap sistem politik yang ada. Golput bisa terjadi karena alasan ideologis, kekecewaan, atau bahkan karena faktor teknis seperti tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Pandangan terhadap Golput Golongan Putih merupakan tantangan dalam meningkatkan partisipasi pemilih. Sebab, tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu menjadi salah satu indikator keberhasilan demokrasi di Indonesia.  Sebagai Lembaga penyelenggara Pemilu KPU Kabupaten Nduga Selalu berupaya mengajak masyarakat agar tidak bersikap apatis dan menggunakan hak pilihnya dengan bijak. “Satu suara sangat berarti bagi masa depan bangsa. Golput justru mengurangi kesempatan kita untuk menentukan arah kebijakan negara,” ujar salah satu Staf KPU Kabupaten Nduga. Latar Belakang Terjadinya Golput Beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat memilih golput antara lain kurangnya informasi tentang calon yang akan dipilih, rasa tidak percaya terhadap lembaga politik, ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah, hingga alasan pribadi seperti kesibukan di hari pemungutan suara. Faktor keadaan geografis suatu wilayah terutama di daerah terpencil dan tertinggal juga sangat sering menjadi kendala yang menyebabkan warga malas untuk datang ke TPS. Baca juga: Politik Identitas, Ketika Perbedaan Jadi Alat Kepentingan Mengurangi Angka Golput Dalam menekan angka golput yang terjadi di Masyarakat, KPU terus berupaya melakukan sosialisasi serta pendidikan pemilih melalui berbagai cara, seperti kunjungan ke sekolah, kampus, dan kampung yang sulit dijangkau, dan memanfaatkan media sosial yang ada untuk menjangkau pemilih muda. Harapannya, masyarakat semakin menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menggunakan hak suaranya dalam bentuk tanggung jawab terhadap masa depan bangsa Indonesia. Demokrasi Baik Jika Partisipasi Pemilu Tinggi Partisipasi aktif dari masyarakat dalam pelaksanaan pemilu mencerminkan kualitas demokrasi yang sehat. Dengan menekan angka golput dalam masyarakat, harapan hasil pemilu dapat mencerminkan kehendak rakyat secara nyata. Demokrasi bukan hanya sekadar memilih setiap lima tahun sekali, akan tetapi juga menjadi sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan menentukan arah masa depan dan pembangunan Indonesia ke depan. (AAZ) Baca juga: Meritokrasi, Konsep Penting dalam Birokrasi Pemerintah