Berita Terkini

Papua Bukan Tanah Kosong: KPU Nduga Hadir Menyuarakan Demokrasi dari Tanah Penuh Kehidupan

Papua bukan tanah kosong. Ia adalah tanah yang hidup, tempat di mana masyarakat menjaga adat, menghormati leluhur, dan menanam nilai-nilai kebersamaan dalam setiap langkah kehidupan. Di balik hutan hijau, lembah luas, dan pegunungan tinggi, ada semangat rakyat yang terus tumbuh untuk berpartisipasi membangun masa depan bersama. Di sinilah KPU Nduga hadir sebagai garda terdepan demokrasi, memastikan suara setiap warga di wilayah yang luas dan menantang ini tetap terhitung, terdengar, dan bermakna. KPU Nduga: Menyapa Pemilih hingga ke Wilayah Pedalaman Menjangkau masyarakat di Kabupaten Nduga bukan pekerjaan mudah. Namun, bagi penyelenggara pemilu, tantangan bukanlah alasan untuk berhenti. Melalui kerja sama dengan tokoh adat, aparat kampung, dan pemuda lokal, KPU Nduga aktif melakukan sosialisasi pemilu hingga ke wilayah-wilayah pedalaman yang sulit dijangkau. Menghidupkan Demokrasi dengan Nilai Budaya KPU Nduga memahami bahwa pendidikan pemilih harus dilakukan dengan pendekatan yang sesuai dengan karakter masyarakat. Sosialisasi sering dilakukan dalam suasana kekeluargaan melalui bakar batu, pertemuan adat, atau ibadah bersama. Melalui cara-cara itu, nilai-nilai demokrasi tidak datang dari luar, tetapi tumbuh dari dalam kehidupan masyarakat sendiri. Pemilu menjadi bagian dari kebersamaan, bukan sekadar proses politik, tetapi juga momentum memperkuat persatuan dan kearifan lokal. Papua Bukan Tanah Kosong, Tapi Tanah yang Menyuarakan Harapan Kehadiran KPU di Papua, khususnya di Nduga, menunjukkan bahwa demokrasi ada di setiap jengkal tanah Indonesia.  Papua bukan tanah kosong; ia adalah tanah yang penuh suara, semangat, dan harapan. (HY) Baca Juga: Dari Pinang Tumbuh Harmoni Budaya di Papua Pegunungan

Dari Layar ke Lapangan: KPU Nduga Gunakan Media Sosial untuk Dekatkan Pemilu ke Rakyat

Wamena-Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Nduga terus berinovasi dalam menyampaikan informasi kepemiluan kepada masyarakat. Melalui platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Website, berbagai informasi penting kini dapat diakses lebih cepat dan mudah. Mulai dari jadwal tahapan, pendaftaran calon, hingga sosialisasi partisipasi pemilih, semuanya tersaji dalam format digital yang menarik dan informatif. Mendorong Transparansi dan Partisipasi Publik Pemanfaatan media sosial tidak hanya mempercepat arus informasi, tetapi juga menjadi bentuk transparansi publik. KPU Nduga memastikan setiap kegiatan, rapat, dan pengumuman resmi dapat diketahui masyarakat luas. Dengan begitu, kepercayaan publik terhadap penyelenggaraan pemilu dapat terus terjaga, sekaligus membuka ruang bagi partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi. Dekatkan KPU dengan Masyarakat Melalui konten visual seperti foto kegiatan, video pendek, dan infografis, KPU Nduga berupaya menumbuhkan kedekatan dengan warga. Unggahan yang menampilkan aktivitas lapangan tidak hanya menjadi dokumentasi, tetapi juga ajakan agar masyarakat turut aktif dalam setiap tahap pemilu. Media sosial kini menjadi ruang komunikasi dua arah yang lebih terbuka dan humanis. Demokrasi Digital di Tanah Papua Langkah digitalisasi informasi ini menjadi bukti nyata bahwa KPU Nduga siap menghadirkan pemilu yang inklusif, transparan, dan modern. Dari layar gawai hingga ke lapangan, media sosial menjadi penghubung semangat demokrasi di Tanah Papua, membawa pesan bahwa setiap suara rakyat memiliki makna penting bagi masa depan bangsa. (HY) Baca Juga: Tinta Pemilu: Sejarah Hingga Penggunaannya

Alat Musik Tradisional Papua Pegunungan

Wamena - Musik tradisional di wilayah Papua Pegunungan merupakan suatu bagian penting dari identitas budaya dan spiritual masyarakatnya. Tidak hanya untuk sekedar hiburan, karena musik bisa mempersatukan kita. Alat-alat musik khas diwilayah Papua Pegunungan mencerminkan kearifan lokal suku-suku pegunungan. Jenis Alat Musik Berikut jenis-jenis alat musik: 1.   Alat Musik Tifa. Alat musik Tifa biasanya digunakan untuk mengiringi pesta adat dan tarian perang. Alat musik ini terbuat dari kayu berlubang dan di tutup dengan kulit hewan seperti biawak atau rusa. Suara alat musik ini menghasilkan bunyi bergema dan kuat. Selain sebagai alat musik, tifa juga melambangkan keberanian, keberanian, dan persatuan masyarakat adat. Alat musik tifa dimainkan dengan cara dipukul dengan telapak tangan. 2.   Alat Musik Pikon Alat musik pikon biasanya dimainkan oleh laki-laki pada saat beristirahat di honai (rumah adat), namun hanya sebagai hiburan pribadi, bukan untuk pertunjukan besar. Alat musik ini terbuat dari bambu kecil dengan tali rotan di tengahnya, pikon biasanya dimainkan dengan cara ditiup sambil menarik tali rotan untuk menghasilkan getaran. Suara pikon lembut dan berirama dengung seperti meniru bunyi alam di sekitar lembah. Alat musik ini berasal dari Suku Dani, Lembah Baliem (Wamena). 3.   Alat Musik Krombi (Triton) Alat musik krombi (triton) biasanya digunakan untuk upacara dan panggilan adat, sebagai tanda dimulainya upacara. Alat musik ini terbuat dari kulit kerang besar dan dimainkan dengan cara di tiup. Alat musik Krombi (triton) menghasilkan musik yang keras dan bergema jauh.  4.   Alat Musik Kromong Bambu Alat musik kromong bambu biasanya digunakan untuk pengatur ritme atau tarian adat atau pesta rakyat. Alat musik kromong bambu disebut garpu bambu dan merupakan alat musik perkusi sederhana. Alat musik kromong bambu terbuat dari potongan bambu yang dibelah sebagian dan dipukul dengan tongkat kecil. Alat musik kromong bambu sering ditemukan di daerah Lanny Jaya dan Tolikara. 5.   Alat Musik Kundu Alat musik kundu biasanya digunakan untuk mengiringi lagu-lagu rakyat dan tarian wanita. Alat musik kundu mirip dengan tifa tapi lebih ramping. Alat musik kundu terbuat dari Kayu, kulit hewan, dan rotan pengikat. Alat music kundu menghasilkan bunyi suara yang lebih tinggi dan ringan dari pada tifa besar. Musik Sebagai Roh Budaya Musik bagi masyarakat Papua Pegunungan merupakan bagian dari doa dan kehidupan, karena setiap bunyi yang kita dengarkan lewat alat musik tradisional berarti memiliki makna mendalam dan digunakan untuk mengiringi ritual adat, mengungkapkan perasaan, ungkapan syukur, penyembuhan, hingga komunikasi dengan leluhur. Warisan leluhur tidak hilang di telan zaman. Alat musik tradisional seperti tifa, pikon, krombi (triton), kromong bambu, kundu bukan hanya sebuah alat bunyi/ suara, tapi terdapat pesan, simbol. Alat musik Papua Pegunungan seperti tifa, pikon, krombi, kundu, dan kromong bambu bukan hanya sekedar alat bunyi, tapi bahasa jiwa dan simbol kebersamaan. Bunyi getar bambu yang dihasilkan dan nada yang dihasilkan membawa pesan yang mendalam antara manusia dan alam. Mari kita lestarikan alat-alat musik tradisional Papua Pegunungan lewat karya-karya lagu yang dihasilkan oleh generasi muda. (ANY) Baca juga: Persiapkan Latsar KPU, CPNS KPU Nduga Ditanamkan Nilai Disiplin dan Pengabdian

Tinta Pemilu: Sejarah Hingga Penggunaannya

Wamena - Disetiap penyelenggaraan dan pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), menjadi salah satu yang memegang peran penting serta wajib harus tersedia dalam kelengkapan Pemilu dan Pilkada adalah Tinta, baik itu Tinta Pemilu maupun Tinta Pilkada. Dengan warna ungu kehitaman yang dicelupkan kedalam jari seorang pemilih bukan hanya sekedar sebagai bukti telah berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan Demokrasi tetapi juga sebagai bagian dari Tanggung jawab serta kejujuran dalam Pemilihan untuk masa depan bangsa dan negara. Sejarah Penggunaan Tinta dalam Pemilu dan Pilkada di Indonesia Pemakaian tinta dalam Pemilu dan Pilkada yang digunakan sebagai bukti telah ikut dalam partisipasi pemilihan pertama kali digunakan di Indonesia pada saat Pemilihan Umum Tahun 1955, Pemilihan Umum ini pertama dilaksanakan secara demokratis setelah kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak saat itu, tinta mempunyai fungsi sebagai alat petunjuk sederhana sehingga mencegah seorang pemilih memilih lebih dari 1 kali. Tinta yang dipakai pada masa awal Pemilihan Umum itu terbuat dari bahan-bahan yang sederhana, kemudian seiring perkembangan zaman tinta yang digunakan saat pemilihan umum terus mengalami perubahan baik itu dari segi bahan dasarnya, warna serta ketahanan tintanya itu sendiri. Jenis serta bahan dari Tinta Pemilu dan Tinta Pilkada Tinta yang dipakai dalam penyelenggaraan demokrasi dalam hal ini Pemilu dan Pilkada terbuat dari bahan Perak Nitrat yang ditambahi dengan bahan bahan pewarna dan air. Sehingga membuat material dari tint aini membuat sulit dihapus dan juga tidak mudah dipalsukan, karena bahan dari kimianya yang menempel kuat pada lapisan jari. Pesan diakhir seputar Tinta Pemilu dan Pilkada Dari bentuknya yang sederhana, tinta memiliki makna yang mendalam dan luar biasa, tidak hanya sebagai bukti bagi pemilih tetapi juga jejak kejujuran, partisipasi serta cinta terhadap nusa dan bangsa. Setiap tetes dari tinta adalah sebagai bahan pengingat bahwa Demokrasi ini tidak hanya dibangun oleh suara tetapi juga oleh kesadaran untuk menjaga keadilan dan keutuhan bangsa dan negara. (REZ) Baca juga: Soekarno, Arsitek Demokrasi: Pencetus Pemilu Pertama Indonesia

Dari Pinang Tumbuh Harmoni Budaya di Papua Pegunungan

Wamena - Pinang memiliki tempat istimewa dalam kehidupan masyarakat di Papua Pegunungan. Kebiasaan mengunyah pinang sudah menjadi pemandangan yang akrab. Orang tua, anak muda, hingga para tetua adat kerap duduk bersama sambil berbagi pinang. Momen sederhana yang menciptakan suasana akrab hingga menjadi media mempererat hubungan sosial. Masyarakat di Papua Pegunungan, sebagaimana masyarakat di Tanah Papua, mengenal makan pinang menjadi simbol persaudaraan dan wujud identitas budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi mengunyah pinang telah menyatu dengan keseharian dan sarana mempererat hubungan sosial. Filosofi di Balik Makan Pinang Bagi masyarakat Papua Pegunungan, pinang memiliki filosofi yang begitu dalam. Dalam tradisi lokal, makan pinang melibatkan tiga unsur utama: buah pinang, kapur, dan daun sirih. Ketiganya memiliki makna filosofis yang mendalam. Pinang melambangkan kejujuran dan ketegasan, daun sirih menggambarkan kesopanan, sementara kapur menjadi simbol keterbukaan hati. Warna merah yang muncul setelah dikunyah melambangkan semangat hidup dan persaudaraan. Sementara perpaduan antara pinang, sirih, dan kapur menggambarkan keseimbangan dan kebersamaan dalam menjalani kehidupan. Setiap kali seseorang menyodorkan pinang kepada orang lain, tersirat pesan tentang ketulusan dan penghormatan. Memberi pinang berarti membuka hati untuk bersahabat. Menerima pinang berarti menerima niat baik dan kesediaan untuk membangun hubungan yang damai. Filosofi inilah yang menjadikan pinang sebagai jembatan komunikasi sosial di masyarakat Nduga. Melalui tradisi sederhana ini, nilai kejujuran, kerendahan hati, dan kebersamaan terus hidup dalam kehidupan sehari-hari. Pegawai KPU Kabupaten Nduga makan pinang di sela waktu istirahat kerja. Baca juga: Bakar Batu: Simbol Persaudaraan dalam Setiap Perayaan Besar di Kabupaten Nduga:  Pinang Melekat Kehidupan Warga Saat orang berjalan kaki, para mama menunggu di pasar, atau ketika pekerja istirahat kerja. Pinang menemani berbagai aktivitas sehari-hari di Papua Pegunungan, Pinang menjadi bagian dari pendidikan budaya dalam keluarga. Orang tua memperkenalkan makna pinang kepada anak-anak. Dari sana, tumbuh rasa bangga terhadap budaya sendiri dan kesadaran untuk menjaga warisan leluhur. Pinang juga menjadi bagian dari ekonomi masyarakat. Banyak warga menggantungkan penghasilan dari hasil kebun pinang yang dijual di pasar-pasar tradisional. Aktivitas jual beli pinang menciptakan ruang interaksi sosial yang hangat dan memperkuat hubungan antarwarga. Budaya Makan Pinang di KPU Kabupaten Nduga Budaya makan pinang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di Tanah Papua, termasuk di lingkungan KPU Kabupaten Nduga. Setiap kegiatan di KPU Kabupaten Nduga, budaya makan pinang menjadi sarana mempererat kebersamaan. “Melalui pinang, kami belajar menghargai satu sama lain. Inilah wujud keakraban khas yang kami jaga di KPU Nduga,” ujar Joseph, pegawai KPU Kabupaten Nduga. Budaya makan pinang yang diharapkan mampu menjadi teladan dalam memelihara nilai-nilai lokal di tengah tugas pelayanan publik.  Terlihat interaksi antar pegawai dalam makan pinang di KPU Kabupaten Nduga Menjaga Warisan, Merawat Identitas Hingga kini, pinang tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Papua Pegunungan. Meski perubahan zaman membawa banyak hal baru, nilai-nilai budaya yang melekat dalam tradisi pinang tetap dijaga dengan baik. Para tokoh adat dan generasi muda berkomitmen melestarikan tradisi ini sebagai simbol jati diri masyarakat Papua Pegunungan. Pinang mengajarkan bahwa persaudaraan lahir dari niat tulus dan kebersamaan. Setiap kali pinang dibuka dan dibagikan, tersimpan pesan untuk hidup rukun dan menjaga kedamaian di tanah leluhur. Pinang menjadi simbol yang menyatukan manusia dengan alam, serta manusia dengan sesamanya di Papua Pegunungan. Dalam perkembangan jaman, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi pinang dalam mempertahankan keharmonisan, saling menghormati, dan menjaga identitas budaya Papua Pegunungan. Warisan pinang adalah cerminan kearifan lokal yang memperkaya wajah budaya Indonesia. Baca juga: Noken: Simbol Budaya dan Demokrasi

Profil Singkat KPU Kabupaten Nduga

Wamena - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Nduga adalah lembaga penyelenggara Pemilihan Umum di tingkat Kabupaten Nduga, yang saat ini berada di Provinsi Papua Pegunungan. Berikut adalah profil dan informasi kunci mengenai KPU Kabupaten Nduga, berdasarkan data terbaru yang tersedia: Informasi Kelembagaan Dasar Nama Resmi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Nduga Tugas Utama Menyelenggarakan pemilihan umum (Pemilu Presiden, Legislatif, dan Pilkada) secara transparan, akuntabel, dan berintegritas di wilayah Kabupaten Nduga. Alamat Sekretariat Jl. Kolteka Desa Kenyam Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua (Saat ini Kab. Nduga berada di wilayah Provinsi Papua Pegunungan) Status Kantor - Visi Mewujudkan penyelenggaraan Pemilu yang efektif dan efisien, transparan, akuntabel, serta aksesibel.   Struktur Anggota KPU (Periode 2024–2029) Berdasarkan struktur terbaru, komposisi anggota KPU Kabupaten Nduga adalah sebagai berikut: Jabatan Nama Anggota Divisi Ketua Yosekat Kogoya Keuangan, Umum, Logistik Anggota Abuan Karunggu Perencanaan, Data, dan Informasi Anggota Mira Wasareak Teknis Penyelenggara Pemilu Anggota Oholiba Lokbere Sosialisasi, Parmas, dan SDM Anggota Ina Gwijangge Hukum dan Pengawasan   Sekretariat KPU Sekretariat bertugas memberikan dukungan administrasi dan teknis operasional kepada Komisioner KPU. Sekretaris KPU Kabupaten Nduga: Zepnat Kareth (Disebutkan aktif dalam peningkatan keterbukaan informasi publik) Komitmen dan Pelayanan Publik KPU Kabupaten Nduga memiliki komitmen kuat untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik, antara lain melalui: Website Resmi: Aktif mengembangkan dan memperbarui website resminya (kab-nduga.kpu.go.id) sebagai sarana penyebarluasan informasi tahapan Pemilu, data pemilih, hasil rekapitulasi, hingga laporan kinerja dan keuangan. Keterbukaan Informasi: Dilengkapi dengan fitur Layanan Informasi Publik (PPID) sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Integritas: Menekankan pentingnya integritas, kemandirian, dan profesionalisme penyelenggara Pemilu dalam menjalankan tugas di tengah tantangan geografis dan keamanan di Papua. (YOR) Baca juga: Persiapkan Latsar KPU, CPNS KPU Nduga Ditanamkan Nilai Disiplin dan Pengabdian