5 Fakta Unik tentang Wamena: Cuaca, Kebiasaan, Budaya, Transportasi
WAMENA – Sebagai pusat aktivitas pemerintahan di wilayah Pegunungan Papua, Wamena bukan hanya menjadi jantung administrasi dan ekonomi, tetapi juga tempat beroperasinya sebagian besar kantor dan perwakilan KPU se-wilayah Papua Pegunungan.
Bekerja dan beraktivitas di Wamena memberikan banyak pengalaman unik bagi petugas KPU yang sehari-hari menjalankan tugas di tengah suasana kota pegunungan yang sejuk dan khas. Dari kondisi alam hingga kebiasaan masyarakat, berikut lima fakta menarik tentang Wamena yang tercatat dari pengalaman pribadi selama bertugas di kota yang setiap hujan menghasilkan pelangi yang memanjakan setiap mata yang melihatnya.
Pelangi muncul di langit Wamena (belakang kantor Otonom)
Baca juga: Bakar Batu: Simbol Persaudaraan dalam Setiap Perayaan Besar di Kabupaten Nduga
Fakta Unik tentang Wamena
1. Suhu Dingin, Cenderung Sulit Menemukan AC/Pendingin
Wamena berada di ketinggian sekitar 1.600 hingga 1.800 meter di atas permukaan laut, menjadikannya salah satu kota terdingin di Papua. Suhu udara yang sejuk membuat gedung kantor,, termasuk kantor KPU, jarang sekali tersedia atau menggunakan AC. Cuaca yang berkisar antara 15–23 derajat Celcius terasa cukup nyaman untuk bekerja bahkan tanpa pendingin ruangan. Tidak jarang, masyarakat juga sering menggunakan jaket, kaos kaki, bahkan penutup kepala saat beraktivitas di pagi dan menjelang malam hari.
2. Warga Asli Masih Terbiasa Berjalan Tanpa Alas Kaki dan Memakai Pakaian Adat Koteka
Salah satu pemandangan khas di Wamena adalah masyarakat lokal yang masih berjalan kaki tanpa alas kaki dan di sebagian tempat, masyarakat masih menggunakan koteka sebagai busana sehari-hari. Kebiasaan ini menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat pegunungan yang masih dekat dengan alam dan bentuk penghargaan terhadap tradisi leluhur.
3. Jalanan Kota Didominasi Perempatan
Bagi yang baru pertama kali datang, tata kota Wamena tampak unik. Jalan-jalan utama di kota ini lebih banyak membentuk perempatan (empat arah) dibanding pertigaan. Pola ini memberi kesan yang unik tetapi juga perlu disadari dengan mengedepankan kewaspadaan saat berkendara atau berjalan kaki. Hal ini karena fungsi lampu lalu lintas di sebagian tempat belum berjalan dengan optimal, sehingga perlu kemawasan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
4. Selain via Udara, menuju Jayapura bisa Melalui Jalur Darat
Selain jalur udara, kini sudah tersedia jalur darat yang menghubungkan Wamena dengan Ibukota Provinsi Papua (Jayapura). Meski perjalanan tergolong panjang dan menantang, akses ini membuka peluang besar untuk memperlancar distribusi logistik, termasuk logistik pemilu. Jalur ini menjadi salah satu sarana vital bagi KPU dalam menjalankan tahapan di wilayah pegunungan.
5. Mayoritas Kendaraan: Toyota Hilux dan Double Cabin
Medan jalan menuju distrik-distrik di sekitar Wamena masih banyak yang berbatu dan belum sepenuhnya beraspal. Karena itu, mobil jenis Hilux atau double cabin menjadi kendaraan favorit di sini. Bagi KPU, jenis mobil ini sangat membantu menjangkau daerah-daerah pelosok yang hanya bisa dilalui kendaraan berpenggerak ganda.
Wamena, Kota Sejuk yang Penuh Cerita
Bekerja di Wamena memberikan pengalaman tersendiri bagi para penyelenggara pemilu. Di balik dinginnya udara dan tantangan medan yang ekstrem, tersimpan semangat masyarakat pegunungan yang hangat dan bersahaja. Kota Wamena bukan sekadar pusat pemerintahan, tetapi juga saksi kerja keras dan dedikasi petugas KPU dalam menjaga demokrasi hingga ke pelosok Papua Pegunungan. (FPH)
Baca juga: Dari Jayapura ke Nduga: Menapaki Jalan Panjang di Tanah Papua