Sebuah Perayaan Cinta yang Tak Pernah Usai
Wamena - Sebuah momen untuk kita renungkan dan menundukkan kepala sebuah makna yang bukan sekedar ucapan hari ibu yang dirayakan setiap tahunnya, bukan hanya sekedar memberikan bunga atau sekedar ucapan tetapi untuk mengingat sebuah perjuangan Panjang tanpa pamrih tanpa pamrih yang menjadi sumber kehidupan tentang cinta dan ketulusan yang murni dari kalbu yang terdalam.
Kisah-Kisah Sederhana yang Menghangatkan Hati
Di berbagai daerah, perayaan Hari Ibu tak hanya diisi dengan seremoni, tetapi juga dengan kisah-kisah sederhana yang menyentuh hati. Ada anak yang pulang kampung hanya untuk memeluk ibunya, ada pula yang mengirimkan pesan suara penuh rindu karena jarak memisahkan. Semua dilakukan atas satu alasan yang sama cinta yang tak pernah lekang oleh waktu.
Guru Pertama dalam Kehidupan
Ibu bukan hanya sosok yang melahirkan, tetapi juga guru pertama dalam hidup. Dari tangannya, kita belajar berjalan, berbicara, hingga mengenal arti kesabaran. Di tengah segala kesibukan zaman, banyak dari mereka masih setia menyiapkan sarapan, menenangkan hati anak yang terluka, atau sekadar memastikan keluarganya merasa dicintai.
Baca juga: Rekonsiliasi, Jalan Kembali Merajut Persatuan dan Kedamaian
Momentum untuk Menghargai Setiap Kasih
Peringatan Hari Ibu tahun ini menjadi ajakan bagi semua orang untuk berhenti sejenak dan menyadari: kasih seorang ibu bukan hanya untuk dirayakan, tetapi untuk dijaga setiap hari. Karena di balik senyum yang lelah, selalu ada kekuatan yang menjaga kita tetap berdiri.
Pesan Cinta yang Abadi
Surga ada di telapak kaki ibu. Kalimat sederhana ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap langkah besar, selalu ada doa seorang ibu yang bekerja dalam diam. Maka, Hari Ibu adalah untuk setiap pelukan yang menyembuhkan, setiap air mata yang disembunyikan, dan setiap cinta yang tak pernah meminta balasan. (AAZ)
Baca juga: Sosok Sederhana dibalik Ketegasan dan Kasih Tanpa Syarat